Isi kepala orang-orang materialistis
cenderung berorientasi pada uang. Mereka pun selalu menginginkan yang terbaik,
mulai busana hingga identitas kemewahan seperti rumah dan mobil.
Namun, para pemikir materi itu sebaiknya berhati-hati. Sebab, penelitian menunjukkan, orang-orang materialistis sesungguhnya terancam gangguan jiwa. Mereka lebih sulit bersyukur atas apa yang dimiliki.
Itu bisa berujung pada kesengsaraan. Mengapa begitu? Jo Ann Tsang sebagai penulis utama menjelaskan, syukur merupakan suasana hati positif yang baik untuk kesehatan.
“Kita adalah makhluk sosial. Fokus pada orang lain dengan cara yang positif, sangat baik untuk kesehatan kita,” kata Jo Ann Tsang, peneliti dari Baylor University Hankamer School of Business.
Orang-orang materialistis tidak memiliki itu. Mereka cenderung fokus pada apa yang tidak dipunyai dan tidak mampu bersyukur dengan apapun yang mereka miliki.
Keluarga bahagia, rumah bagus, dan pekerjaan baik tak juga membuat mereka puas. Karena itu, mereka lebih mungkin mengalami depresi dan tidak puas dengan kehidupan
Untuk mencapai temuan itu, peneliti menganalisis 246 individu yang berusia rata-rata 21 tahun. Peserta diminta mengisi survei yang mengukur materialisme, rasa syukur, kebutuhan, dan kepuasan hidup.
Hasil penelitian menunjukkan, mereka yang rendah akan rasa syukur namun tinggi akan kebutuhan, lebih cenderung menjadi materialistis.
James Roberts selaku peneliti mengomentari itu. Mampu beradaptasi dengan lingkungan dan situasi baru, katanya, akan lebih membahagiakan dibanding harta benda.
“Mengumpulkan lebih banyak harta tidak akan membuat seseorang semakin bahagia, itu hanya meningkatkan titik referensi untuk dicapai,” jelasnya, seperti dilansir Medical News Today.
Namun, para pemikir materi itu sebaiknya berhati-hati. Sebab, penelitian menunjukkan, orang-orang materialistis sesungguhnya terancam gangguan jiwa. Mereka lebih sulit bersyukur atas apa yang dimiliki.
Itu bisa berujung pada kesengsaraan. Mengapa begitu? Jo Ann Tsang sebagai penulis utama menjelaskan, syukur merupakan suasana hati positif yang baik untuk kesehatan.
“Kita adalah makhluk sosial. Fokus pada orang lain dengan cara yang positif, sangat baik untuk kesehatan kita,” kata Jo Ann Tsang, peneliti dari Baylor University Hankamer School of Business.
Orang-orang materialistis tidak memiliki itu. Mereka cenderung fokus pada apa yang tidak dipunyai dan tidak mampu bersyukur dengan apapun yang mereka miliki.
Keluarga bahagia, rumah bagus, dan pekerjaan baik tak juga membuat mereka puas. Karena itu, mereka lebih mungkin mengalami depresi dan tidak puas dengan kehidupan
Untuk mencapai temuan itu, peneliti menganalisis 246 individu yang berusia rata-rata 21 tahun. Peserta diminta mengisi survei yang mengukur materialisme, rasa syukur, kebutuhan, dan kepuasan hidup.
Hasil penelitian menunjukkan, mereka yang rendah akan rasa syukur namun tinggi akan kebutuhan, lebih cenderung menjadi materialistis.
James Roberts selaku peneliti mengomentari itu. Mampu beradaptasi dengan lingkungan dan situasi baru, katanya, akan lebih membahagiakan dibanding harta benda.
“Mengumpulkan lebih banyak harta tidak akan membuat seseorang semakin bahagia, itu hanya meningkatkan titik referensi untuk dicapai,” jelasnya, seperti dilansir Medical News Today.
BACA JUGA:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar