Pekerjaan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia, selain dapat memberikan kepuasan dan tantangan namun pekerjaan dapat juga menyebabkan stres bagi seorang pekerja. Timbulnya stres akibat kerja lama kelamaan tentunya dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang tidak diinginkan. Timbulnya gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja yang buruk telah lama diketahui, tidak hanya itu ternyata desain dan organisasi kerja yang tidak memadai seperti kecepatan dan beban kerja yang berlebihan merupakan faktor lain yang dapat menyebabkan stres dan menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerjanya.
Tipe pekerja sendiri dapat di bagi menjadi dua yaitu pekerja blue collar dan pekerja white collar. Pekerja blue collar sering diasosiasikan sebagai kelompok pekerja yang mengandalkan keterampilan fisik dalam bekerja. Sebaliknya pekerja white collar sering digambarkan sebagai pekerja yang lebih mengandalkan pengetahuan dan keterampilan mental dalam bekerja. Pekerja white collar mengacu pada orang yang melakukan manajerial, administratif atau pekerjaan profesional dan terkadang juga menduduki kelas yang lebih tinggi dalam posisi ketenagakerjaan. Biasanya pekerjaaan pekerja white collar dilakukan di kantor
Penelitian Labour Force Survey tahun 1990 menunjukkan 182.700 kasus stres akibat kerja di Inggris. Pada tahun 1995 Survey of self reported work related ill health di Inggris menyatakan 500.000 invidu yang percaya bahwa dirinya menderita gangguan kesehatan akibat stres di tempat kerjanya, tetapi dari sejumlah ini hanya 216.000 yang benar-benar sakit. Diperkirakan dari tahun 1990 sampai tahun 1995 terjadi peningkatan kasus stres akibat kerja kira-kira sebesar 30%. Lee & Kleiner 2001 sebanyak 40% pekerja di Amerika Serikat merasakan stress dalam pekerjaan. Survei The American Psychological Association sebanyak 62% warga Amerika menderita stress terkait dengan pekerjaannya. Lee & Kleiner menambahkan bahwa stress bersifat menular, sehingga jika stress seorang pekerja di biarkan maka situasi kerja dimana pekerja stress itu berada akan menjadi tidak nyaman yang dapat menyebabkan turunnya kinerja para pekerja yang ada.
Stres tidak selalu memiliki nilai negatif, namun juga memiliki nilai positif misalnya banyak profesional memandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka. Walaupun stres memiliki manfaat positif namun pada umumnya stres lebih cenderung dikaitkan pada hal negatif sehingga ketika stres terjadi dalam diri pekerja pada akhirnya akan menjadi masalah yang besar dalam organisasi karena stress yang tinggi terbukti menyebabkan penurunan produktivitas kerja.
Oleh sebab itu maka langkah dalam mengatasi stres kerja harus dilakukan oleh semua pihak yang terlibat, baik oleh si pekerja, pimpinan, maupun pemilik perusahaan. Dengan demikian harmonisasi kerja dapat dicapai dan produktivitas semakin meningkat.
1. STRES KERJA
Stres kerja adalah suatu perasaan yang menekan atau rasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaannya. (Anwar). Beehr dan Franz, definisi stres kerja sebagai suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu. Stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Jika seseorang mengalami stres yang terlalu besar maka akan dapat menganggu kemampuannya tersebut untuk menghadapi lingkungannya dan pekerjaan yang akan dilakukannya (Handoko 1997)
Suatu tekanan akibat bekerja juga akan mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi fisik seseorang dimana tekanan itu berasal dari lingkungan pekerjaan tempat pekerja tersebut berada.
2. FAKTOR PENYEBAB STRES KERJA
Penyebab stress (stressor) itu ada 3 faktor yaitu:
Faktor Lingkungan :
Perubahan situasi bisnis yang menciptakan ketidakpastian ekonomi, ketidakpastian politik serta kemajuan teknologi
Faktor Organisasi
Menurut Cooper & Marshal ada 6 faktor yaitu :
Faktor intrinsik
Lingkungan pekerjaan dalam kondisi kerja yang tanpa variasi dan tidak nyaman akan menyebabkan gangguan kesehatan, beban kerja berlebihan, beban kerja yang sulit dikerjakan dikarenakan ketidakcukupan ketrampilan dari pekerja.
Peran dalam organisasi
Kurang penjelasan informasi mengenai tugas, kewajiban serta hak, pekerja kurang memahami apa yang diharapkan dari pekerjaannya, ketidaknyamanan melakukan pekerjaan karena tidak sesuai keinginan si pekerja.
Pengembangan karir
Kurangnya rasa keamanan dari pekerjaannya, memasuki awal pensiun, ketidakjelasan status, merasa frustasi dalam upaya mencapai puncak karir di perusahaan
Struktur dan iklim organisasi
Struktur organisasi yang memungkinkan pekerja kehilangan identitas dan kebebasan individu, aturan yang berlebihan dan kurangnya berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada pekerja, aturan yang berlebihan.
Hubungan dalam organisasi
Hubungan yang tidak baik dengan atasan, bawahan maupun rekan sekerja serta kurangnya dukungan sosial dari rekan sekerja
Ketidak seimbangan antar kehidupan internal perusahaan dengan kehidupan diluar perusahaan.
Faktor Individu
Faktor ini mencakup kehidupan pribadi karyawan terutama faktor persoalan keluarga (perceraian, anak-anak tidak disiplin, kematian pasangan hidup), masalah ekonomi pribadi karena pola hidup yang lebih besar pasak daripada tiang serta karakteristik kepribadian pekerja (tipe kepribadian A).
3. DAMPAK STRES
Secara umum, seseorang yang mengalami stres pada pekerjaan akan menampilkan gejala-gejala yang meliputi 3 aspek, yaitu
Fisiologi memiliki indikator yaitu : terdapat perubahan pada metabolisme tubuh, meningkatnya kecepatan detak jantung dan napas, meningkatnya tekanan darah, timbulnya sakit kepala
Psikologi memiliki indikator yaitu: terdapat ketidakpuasan hubungan kerja, tegang, gelisah, cemas, mudah marah, kebosanan, sering menunda pekerjaan serta sulit membuat keputusan yang rutin, sikap tidak mau bekerjasama, tidak dapat relaks
Prilaku memiliki indikator yaitu: terdapat perubahan pada produktivitas, ketidakhadiran dalam jadwal kerja, perubahan pada selera makan, meningkatnya konsumsi rokok dan alkohol, berbicara dengan intonasi cepat, mudah gelisah dan susah tidur.
4. DAMPAK KESEHATAN AKIBAT STRES
Berikut adalah beberapa masalah kesehatan yang timbul akibat stres , antara lain :
Depresi
Seperempat dari orang yang mengalami stres berat bisa menjadi depresi. Stres berat kronis akan mengganggu kemampuan untuk mengatur emosi.
Obesitas
Demensia (kemerosotan daya ingat)
Studi 2009 Neurology melaporkan bahwa para orang tua yang sering tertekan dan terisolasi, 50 % lebih mungkin mengembangkan penyakit demensia pada rekan-rekan mereka yang lebih tenang dan jarang stres.
Kekebalan tubuh menurun
Berdasarkan analisa tahun 2004, dari 293 penelitian yang diterbitkan dalam Psychological Bulletin, stres kronis bisa menekan sistem kekebalan tubuh yang membuat orang lebih mudah terserang penyakit flu.
Kanker payudara
Wanita yang terkena kanker payudara metastatik, yakni kanker yang telah menyebar, dua kali lebih sering kambuh jika mereka sedang stres, menurut penelitian 2007 di Psychosomatic Research.
Insomnia
Penelitian Clayton Sleep Institute di St Louis, orang dengan stres kronis lebih sering mengalami gangguan tidur (insomnia), mereka cenderung melakukan aktivitas tidur lebih sedikit, dibandingkan dengan orang-orang yang mengalami kelelahan.
Penyakit jantung
Makalah dalam Scandinavian Journal of Work Environment and Health tahun 2006, melaporkan bahwa orang-orang yang secara teratur mengalami stres, 50 % berisiko terhadap penyakit jantung.
Alergi
Penelitian di Universitas Ohio State, stres bisa mengakibatkan orang yang terkena alergi jadi bertambah lebih parah. Reaksi alergi bisa bertahan lebih lama pada orang yang stress daripada orang yang tidak mengalami stres.
Mengurangi kesuburan
Dua hormon stress, kortisol dan hormon gonadotropin menghambat pelepasan hormon seks utama dalam tubuh, yang menyebabkan pengurangan jumlah sperma, ovulasi dan hasrat seksual. Hal ini dinyatakan pada sebuah studi 2009 yang dilaporkan dalam Prosiding National Academy of Sciences. Studi yang dilakukan oleh Emory University menemukan bahwa wanita dengan level kortisol yang tinggi bisa mengalami masalah dalam ovulasi, sehingga kemampuannya untuk hamil jadi terganggu. Selain itu, stres berlebihan juga bisa berpengaruh buruk pada wanita yang sedang mengandung.
Stroke
Orang yang secara teratur mengalami stres 50 % lebih mungkin untuk menderita penyakit stroke fatal dibanding orang tanpa stres.
Gula darah menjadi naik atau sulit turun, terjadinya resistensi hormon insulin
Lebih rentan dan mudah cedera
Dapat mempercepat laju penyusutan tulang (osteoporosis)
Hipertensi
Tukak lambung
Eksim
Kelelahan.
5. STRATEGI MANEJEMEN STRES KERJA
5. STRATEGI MANEJEMEN STRES KERJA
Pendekatan Individual.
Pekerja dapat berusaha sendiri untuk mengurangi level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu; selalu berpikir positif, pengelolaan waktu, latihan fisik dengan melakukan olahraga secara teratur, latihan relaksasi (yoga, meditasi) dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka seorang pekerja dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi stres yang dihadapi pekerja perlu dilakukan kegiatan santai (mendengarkan musik). Sebagai strategi terakhir untuk mengurangi stress adalah dengan mengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
Pendekatan Organisasional.
Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang semuanya dikendalikan oleh manajemen, sehingga faktor-faktor tersebut dapat diubah. Strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengurangi stres pekerjanya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipasi, komunikasi organisasi dan program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan menyebabkan pekerja memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.
BACA JUGA:
bagus infonya, makasih..
BalasHapus